"Lebe Bae Kalah Nasi Daripada Kalah Aksi"
Photo Source: Streotype
Pasti kita sering mendengar tentang streotipe yang dilayangkan orang-orang terhadap suatu kelompok etnis atau budaya tertentu. Manado adalah salah satu kota yang menjadi sasaran dilemparkannya streotip dikarenakan budaya yang ada di Manado.
Sebenarnya Manado adalah salah satu kota di pulau Sulawesi Utara yang juga merupakan ibu kota dari Sulawesi Utara. Akan tetapi diluar Sulawesi Utara seperti Jakarta, semua orang yang berasal dari Sulawesi Utara biasanya disebut sebagai orang Manado (Manadonese). Jika mendengar tentang Manado, sontak, pasti banyak istilah-istilah yang muncul yang diidentikan dengan orang Manado, baik dalam sisi positif maupun negatif. Misalnya, saat berkenalan dengan orang baru, dan saat kita mengatakan kata “Manado” pasti langsung ada respon “oh Manado…. Cewek-ceweknya cakep-cakep ya Manado”, “Orang-orang Manado katanya pemakan segalanya ya”, “orang Manado denger-denger katanya suka pesta-pesta ya”, dan banyak lagi lainnya. Dan yang paling terkenal yang diidentikan dengan orang Manado adalah ………. “Lebe bae kalah nasi daripada kalah aksi” atau dalam bahasa Indonesia yang baku “ Lebih baik kalah nasi daripada kalah aksi”.
Yaappp, itulah beberapa stereotipe yang dilayangkan untuk orang-orang Manado, kebanyakan berkonotasi negatif. Kali ini saya sebagai orang Manado yang kebetulan sedang merantau tinggal di ibu kota, akan mengedepannya pendapat saya tentang stereotipe-stereotipe yang muncul terhadap orang Manado tersebut.
Pertama, terkait dengan “Lebe bae kalah nasi dari pada kalah aksi” yang membuat orang juga mengatakan bahwa orang-orang Manado katanya walaupun hidupnya susah tapi gayanya selangit, atau bahkan ada yang nyinyir katanya “rumahnya cuman segini, tapi gayanya minta ampun”. Terkait hal-hal ini, sebenarnya tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu hal yang salah atau tidak baik, karena setiap manusia memiliki orientasi kehidupannya masing-masing yang jelas berbeda. Misalnya, ada orang yang dalam konteks hubungan, dia seorang yang family-oriented. Begitu pula dengan bidang bidang lain dalam kehidupan ini. Ada orang yang orientasinya misalnya koleksi mobil mewah tapi rumah nya yang biasa-biasa saja, karena mungkin dia bukan tipe orang yang terlalu memusingkan tentang seberapa besar rumah tempat tinggalnya, yang penting ada tempat tinggal saja sudah cukup. Dan ada juga orang-orang yang orientasinya adalah ke “rumah”. Misalnya setiap uang hasil kerja kerasnya di gunakan untuk membangun rumahnya sebagus mungkin, karena orang yang orientasinya kesana menganggap bahwa hal yang penting dalam hidupnya atau cara dia menikmati pencapaiannya yaitu dengan membangun rumah yang indah. Dan bahkan ada orang yang memiliki rumah yang bagus, tapi tidak memiliki mobil yang bagus, karena mungkin uangnya tidak cukup untuk kedua-duanya jadi dia mengalokasikan uang hasil kerja kerasnya kepada hal yang menjadi orientasi dalam hidupnya, yang dianggapnya penting dan membuat dirinya bahagia. Itu adalah hak masing-masing orang untuk memperoleh kesenangan dalam hidupnya dengan caranya sendiri.
Berbicara tentang stereotipe yang kebanyakan berkonotasi negatif terhadap orang Manado, sebenarnya pada kenyataannya orang-orang yang berada di kota lainpun banyak yang melakukan hal yang tak jauh berbeda dengan yang dilakukan orang-orang di Manado. Mereka menikmati kehidupan mereka tentunya dengan cara mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka anggap penting atau orientasi kehidupan mereka ke arah mana. Sama seperti kita sebagai makhluk hidup, setiap orang tanpa memandang suku, negara dan lain sebagainya pasti memiliki hobi kita masing-masing. Dan hobi kita tersebut kita anggap sebagai sesuatu hal yang penting dibandingkan hal yang lainnya. Bahkan tak jarang sebagian orang rela mengalokasikan atau mengorbankan banyak hal dalam hidupnya untuk mencapai hobi nya yang membawa kebahagian dalam hidupnya. Begitu pun dengan orang-orang yang ada di Manado, mereka memiliki orientasi kehidupan mereka masing-masing, yang seharusnya bukan menjadi alasan untuk dinegatifkan, karena setiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk bebas menentukan arah kehidupan mereka. Seperti yang dikemukakan oleh J.Stuart Mill, bahwa manusia bebas melakukan apa saja dalam hidupnya selama kebebasannya tersebut tidak mengganggu kebebasan orang lain. Jadi, apakah orientasi kehidupan orang Manado yang dianggap suka pesta dan lain sebagainya mengganggu kehidupan orang-orang lain diluar sana ? tentu saja tidak. Akan tetapi begitulah manusia, selalu ada rasa ingin mencampuri urusan atau kehidupan orang lain.
Dan jangan lupa bahwa Manado adalah kota yang "Sejahterah". Dalam artian bahwa walaupun hidup berkecukupan tapi setiap orang mampu menikmati indahnya hidup ini, karena di kota Manado sendiri ada sebuah slogan yang menggambarkan budaya orang Manado yang berkekeluargaan yaitu “Torang Samua Basudara”
Maju Manado!!!!! 🔥🤣
ReplyDelete