The Syrian War : Interest Between the Media and the Power Behind It
Photo Source: Syrian War - Abdalla Omari
Perang Suriah bertahun-tahun lamanya masih terus-menerus diperbincangkan media internasional. Perang yang bermula dari perang saudara, kemudian menjadi sebuah international issue. Jika kita bertanya "kenapa perang ini terus menerus diangkat oleh media internasional sampai hari ini?" dengan simple kita bisa menjawab karena perang ini masih berlangsung sampai saat ini."
Akan tetapi, isu ini tidak hanya sampai sebatas perang yang masih brelangsung. Hal menarik dan kontroversial bisa digalih dibaliknya. Berangkat dari satu pertanyaan, "Kenapa di setiap pemberitaan Perang Suriah, media-media internasional selalu memuat keterlibatan Amerika Serikat dan Rusia dalam perang ini?" sedangkan di sisi lain media-media internasional terkesan menghiraukan tentang konflik-konflik yang lainnya, seperti konflik di Sudan dan semacamnya.
Dua perspektif untuk menjawab pertanyaan di atas. Yang pertama, dengan melihat kepada kepentingan negara-negara yang terlibat atau turut diberitakan dalam pemberitaan tersebut. Yang kedua, dengan melihat kepada kepentingan media itu sendiri. Bahkan diantara keduanya, baik Negara maupun Media, memiliki hubungan Reciprocity atau saling memberikan keuntungan satu dengan yang lainnya.
Dua perspektif untuk menjawab pertanyaan di atas. Yang pertama, dengan melihat kepada kepentingan negara-negara yang terlibat atau turut diberitakan dalam pemberitaan tersebut. Yang kedua, dengan melihat kepada kepentingan media itu sendiri. Bahkan diantara keduanya, baik Negara maupun Media, memiliki hubungan Reciprocity atau saling memberikan keuntungan satu dengan yang lainnya.
Merujuk pada Herman dalam bukunya Media Power, dia mengatakan bahwa isu atau kejadian yang ditampilkan oleh media, menjadi hal yang penting untuk dipikirkan atau dibahas oleh khalayak. (1985:135). Jika dilihat dari sisi kepentingan Media itu sendiri, media sebagai profit taking akan terus menerus menayangkan atau mengangkat berita tentang Perang Suriah dengan membahas tentang keterlibatan Amerika Serikat dan Rusia dalam perang ini karena kedua negara tersebut dikategorikan atau dikenal sebagai negara besar di kawasan global atau misalnya Amerika Serikat yang biasa dikenal sebagai negara super power. Hal ini akan membuat pemberitaan semakin mendapatkan perhatian publik dan tentunya dengan demikian membawa profit yang besar bagi media itu sendiri. Dan seperti apa yang dikatakan oleh Herman, bahwa apa yang diberitakan oleh media adalah menjadil hal yang penting untuk dipikirkan atau dibicarakan oleh khalayak atau masyarakat, maka media terus menerus memberitakan kasus ini, sehingga kasus Perang Suriah ini terus dibahas oleh masyarakat dan dengan demikian hal itu membawa profit yang besar bagi media tersebut.
Sedangkan jika kita membahas topik ini dengan melihat dari sisi kepentingan negara yang terlibat dalam pemberitaan ini yaitu Amerika Serikat dan Rusia, maka kita akan memulai sedikit dari sisi kepemilikan media internasional. Seperti yang kita ketahui, bahwa media-media internasional yang terkenal kebanyakan kepemilikannya berasal dari negara negara super power seperti Amerika dan Rusia. Kemudian mari kita kaitkan dengan argumen “The View From the Left” dalam buku Media Power bahwa Framing pemberitaan Media dapat dikontrol oleh Power-power besar yang ada didalam society atau bisa disebut juga negara. Hal atau argumen ini berdasarkan dari teori Marx. Dengan demikian, berdasarkan argumen tersebut, dengan jelas bahwa Negara (kekuatan politik) bisa menjadi faktor terbentuknya framing sebuah media akan seperti apa, bagaimana dan mengarah kemana. Contohnya, media media Amerika Serikat tak jarang memberitakan tentang Perang Suriah ini dengan membahas tentang kontribusi Amerika dalam perang ini yang menunjukan bahwa Amerika sebagai negara yang powerful. Dimana hal tersebut bisa menjadi bargaining power nya Amerika di dunia internasional.
Kedua hal tersebut yang telah dibahas diatas menunjukan adanya hubungan reciprocity antara Negara dan Media melalui kasus Perang Suriah ini. Mungkin itulah kenapa Media terus menerus mengangkat tentang Perang Suriah dan membahas tentang keterlibatan Amerika dan Rusia dalam perang ini. Dan seperti yang kita tahu bahwa setiap media memiliki visi dan misinya, mungkin visi dan misi dari media media kedua negara besar tersebut adalah untuk membangun image negaranya, dengan demikian mereka mencapainya dengan cara yang demikian rupa.
Selain dari pembahasan diatas, sebagai tambahan kasus ini pun dapat dibahas atau dikaitkan dengan Teori Orientalisme - Edward Said Yaitu jika dilihat dari bagaimana Amerika dan Rusia terlalu mengintervensi dan mendominasi hal-hal tertentu dalam Perang ini yang terkadang dapat dikatakan terlalu berlebihan, yang seakan-akan dengan tindakan mereka yang berlebihan tersebut ingin menunjukan bahwa mereka adalah negara-negara besar dan beradab yang mampu untuk membantu menangani kasus ini, atau ingin mengambil alih panggung. Contohnya ketika Amerika ingin memberikan sanksi atau kecaman terhadap pemerintah Suriah atas tuduhan menggunakan senjata kimia dalam perang Suriah. Hal ini pada dasarnya dilakukan berdasarkan perjanjian internasional yang telah disepakati untuk tidak menggunakan senjata kimia dalam perang. Namun hal itu pun belum terbukti bahwa Suriah benar-benar menggunakan senjata kimia dalam perang saudara dinegaranya. Dalam hal ini dan juga dalam beberapa hal lainnya, Amerika terkesan mendominasi atas negara timur, yang oleh Edward Said ini merupakan bagian dari Orientalisme yaitu penilaian-penilaian Barat atas Timur berdasarkan pemikiran atau pandangan Barat sendiri, yang kemudian memunculkan dominasi Barat atas Timur.
Referensi : Buku Media Power oleh Ciaran McCullagh (2002)
Comments
Post a Comment